Angkat Kisah Kejayaan Sriwijaya dalam Kemasan Berbeda

Selasa, 13 November 2018 - 12:09 WIB
Angkat Kisah Kejayaan Sriwijaya dalam Kemasan Berbeda
Angkat Kisah Kejayaan Sriwijaya dalam Kemasan Berbeda
A A A
KOREOGRAFER sekaligus penyanyi Denny Malik bangga mendapatkan kepercayaan menjadi creative dan show director dalam panggung drama tari Genta Sriwijaya yang akan digelar di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jalan Cikini Jakarta, Selasa (20/11).

Lewat keterlibatan dalam pentas drama tari yang diinisiasi Sekar Ayu Jiwanta Foundation ini, Denny Malik bersama sutradara Teguh ëKenthusí Ampiranto mencoba mengemas sebuah kisah sejarah Kerajaan Sriwijaya dalam pertunjukan modern yang dinikmati semua kalangan tua maupun muda.

Denny Malik mengungkapkan, pentas Genta Sriwijaya ini akan mencoba menggarap kalangan milenial sehingga coba menghadirkan kemasan panggung teater dengan menggabungkan berbagai seni mulai dari tari, musik, teater, hingga komedi.

Semua dipadukan dengan tata panggung, tata cahaya, serta multimedia yang siap memanjakan mata. Pertunjukan Genta Sriwijaya didukung penampilan sejumlah publik figur dari berbagai latar belakang, seperti Andrea Miranda, Daniel Christianto, Ruth Sahanaya, Ivy Batuta, Inaya Wahid, Yenny Wahid, Bambang Pamungkas, Cathy Sharon, Ncess Nabati, Sogi Indra Dhuaja, dan Deasy Novianty.

Dari aspek pengerjaan dan kreatif, pagelaran ini disiapkan pula oleh seniman kenamaan tanah air di antaranya Denny Malik sebagai creative and show director dan Tohpati sebagai music director yang membantu Kenthus sebagai sutradara pertunjukan ini memberikan sentuhan membuat penonton dari berbagai kalangan usia bisa menikmati.

Pria keturunan bangsawan Kerajaan Inderaputra, pesisir selatan, Sumatera Barat ini, pun mengaku tertantang terlibat di pertunjukan Genta Sriwijaya. Pasalnya, para pemain yang terlibat tak hanya dari kalangan seni. Menurut Denny, yang sulit itu membagi waktu latihan karena masing-masing punya jadwal kesibukan.

“Kami membantu Mas Kenthus, bagi saya tantangan sebagai seorang seniman, cukup nekat karena waktunya singkat. Tapi menariknya, para pemain mau belajar meski bukan penari profesional sehingga ini bisa dibilang sebuah pertunjukan sejarah dari budaya Indonesia. Kita ingin buat suatu yang kolosal, memang sifatnya dilakukan di gedung teater,” ujar Denny Malik.

Meski demikian, pria kelahiran 18 Februari 1963 ini, pun menjamin pagelaran yang menceritakan tentang Kesatuan Sriwijaya ini tidak akan lepas dari pakem cerita asli. Pengalamannya ketika terlibat dalam acara pembukaan Asian Games lalu, memberikannya dan tim kembali mencoba mengeksplorasi budaya Sumatera Selatan untuk pertunjukan ini dengan melibatkan 200 penampil.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6703 seconds (0.1#10.140)